1. Analisis Kesulitan Belajar
a.
Pengertian Analisis
Menurut Ali
Lukman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia analisis adalah penyelidikan terhadap
suatu peristiwa (karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya dari sebab musabab dan duduk perkaranya
atau penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan.[1]
Subagyo
menjelaskan bahwa analisis adalah kegiatan untuk mendapatkan data sehingga
dapat diperoleh suatu kebenaran atau ketidak benaran dari suatu hipotesa.
Analisis dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif.[2]
Sedangkan menurut Ansori, Analisis adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menelaah suatu objek, diuraikan menjadi bagian-bagian dan mencermati unsur-unsurnya. Ketika
berbagai unsur diuraikan tersebut
ditemukan kesamaan esensial dan kemudian disatukan.[3]
Dari pengertian
diatas dapat diketahui bahwa analisis merupakan kemampuan seseorang
merinci/menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian/faktor yang satu dengan yang
lainnya.
Analisis suatu
permasalahan pada berbagai bidang sangat ditentukan oleh sebuah evaluasi sistim
pelajaran. Pelajaran dikatakan sebagai suatu media pembelajaran yang perlu
diteliti secara singkat dan menghasilkan realita yang obyektif. Tanpa dasar
analisis evaluasi, maka pelajaran yang diberikan oeh guru terhadap siswa tidak akan
menghasilkan kemurnian disuatu pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, analisis
harus dicermati sebagai evaluasi.
b.
Kesulitan Belajar
Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
lebih luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan
kelakuan. Berikut ini adalah definisi belajar menurut beberapa ahli.
1) Belajar adalah sebagai suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.[4]
2) Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.[5]
3)
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan
dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang
membedakannya dengan makhluk lain. Belajar yang dilaksanakan oleh manusia
merupakan bagian dari hidupnya berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana
saja baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat
ditentukan sebelumnya. Namun demikian satu hal sudah pasti bahwa belajar yang
dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu.[6]
4)
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.
Salah satu pertanda bahwa seseorang belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan
yang bersifat pengetahuan (kognitif)
dan keterampilan (psikomotorik)
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).[7]
5)
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi didalam satu
situasi bukan didalam satu ruang hampa. Situasi belajar ini ditandai dengan
adanya motif-motif yang ditetapkan dan atau diterima siswa. Kadang-kadang satu
proses belajar tidak dapat mencapai hasil yang maksimal disebabkan karena
ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi). Dalam hal inilah perlunya guru
memasukkan motivasi dalam cara-cara mengajarnya.[8]
Pada
umumnya,
Kesulitan belajar (Learning Difficulty)
adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai
dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya
disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan
kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan belajar spesifik,
serta faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya
motivasi dan minat belajar. Kesulitan Belajar juga terjadi karena adanya hambatan/ gangguan belajar pada anak dan remaja yang
ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi
dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.[9]
Jadi kesulitan belajar dipahami sebagai suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan
dalam kegiatan mencapai tujuan sehingga memerlukan usaha yang lebih keras lagi
untuk dapat mengatasinya. Berdasarkan pengertian kesulitan belajar tersebut diatas kesulitan belajar dapat diartikan
sebagai suatu kondisi dalam proses belajar
yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.[10]
Sedangkan Dalyono menjelaskan bahwa kesulitan belajar merupakan keadaan dimana
anak didik tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya.[11]
Selain itu
Muhibbin Syah juga menyatakan bahwa kesulitan
belajar itu timbul karena siswa yang berkategori diluar rata-rata, tidak
mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapsitasnya,
karena penyelenggaraan pendidikan
di sekolah-sekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang
berkemampuan lebih dan yang berkemampuan kurang terabaikan.[12]
Adapun menurut Djamarah kesulitan belajar adalah suatu kondisi diman anak didik
tidak dapat belajar
secara wajar disebabkan karena adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam
belajar.[13]
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan
bahwa yang dapat dikategorikan mengalami kesulitan belajar adalah apabila siswa
yang bersangkutan memperoleh prestasi belajar yang rendah, dengan kata lain
siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila ia memperoleh nilai yang
kurang/nilainya berada di bawah nilai rata-rata kelas.
2.
Cara- Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Cara
mengatasi kesulitan belajar pada umumnya di kelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu:
a.
Upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar
Banyak alternatif yang diambil guru dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa, akan
tetapi sebelum pilihan tertentu diambil hendaknya guru melakukan beberapa
langkah sebagai berikut:
1)
Menganalisis hasil diagnosis, maksudnya menelaah bagian-bagian masalah dan
hubunganya antar bagian tersebut untuk memperoleh bagian yang benar mengenai
kesulitan belajar siswa
2)
Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapann tertentu yang memerlukan
perbaikan
3)
Menyusun program perbaikan khususnya program remidial teachink (pengajaran perbaikan )
b.
Upaya keluarga untuk mengatasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dapat juga di pengaruhi
keluarga, teman dan lingkungan sekitar. Seorang yang mengalami kesulitan
belajar dan sulit memusatkan perhatian akan kesulitan dalam mendapatkan teman.
Memiliki anak yang mengalami kesulitan belajar menyebabkan orangtua mengalami
beban emosional, sikap menyalahkan diri sendiri, frustasi, marah bahkan putus
asa. Akan tetapi untuk menghindari hal-hal tersebut orang tua bisa dengan
terapi perubahan sikap atau prilaku agar bisa membantu anak yang hiferaktif dan
lamban belajar.
Membantu anak yang hiferaktif dan lamban
belajar bisa dengan cara pemberian hadiah maupun memberi harapan-harapan baik,
agar seseorang dapat mengendalikan tindakannya baik di sekolah maupun di rumah.
c.
Upaya pemerintah dalam mengatasi kesulitan belajar
Undang-undang pendidikan bagi individu
penderita cacat tahun 1990 menjamin adanya instansi pendidikan umun bagi anak usia sekolah yang diagonis yang
menderita keterlambatan belajar. Dibawah payung undang-undang ini sekolah umum
diminta untuk merancang dan menerapkan satu program individu yang di tujukan
bai kebutuhan anak- anak yang sepediitif.[14]
Berdasarkan undang-undang instansi pendidikan
dan perguruan tingi yang didanai oleh publik harus menghapus batasan terhadap
mahasiswa ataupun siswa penyangdang cacat. Setelah undang-undang instansi
pendidikan dan perguruan tinggi didanai oleh publik maka kesulitan belajar bagi
orang-orang yang penyandang cacat bisa sedikit teratasi.
[1] Ali Lukman, dkk, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai
pusaka, 1997, h.
[2] P. Joko Subyono, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h. 106
[3] Muhammad Ansori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:
Wacana Prima, 2007, h. 134
[6] Oemar, Hamalik. Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan pendekatan system. Jakarta. Bumi Aksara, 2003, h, 154.
[7] Sadiman S. Arief. Media Pendidikan: Pengertian
Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta. Rajawali pers, 1996, h, 2.
[8] Winarno, surakhmad.. Pengantar Interaksi
Mengajar Dasar dan Tehnik Metodelogi Penagajaran. Bandung. Tarsito, 1994,
h. 65
[10] Fahridin, Pengajaran Remidial dan Pengayaan, Malang: Banyumedia publioshing,
2007, h. 25
[11] Dalyono, psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, h. 229
[13] Syaiful Bahri Drajamah, Psikologi….h. 233
[14] Derek Wood, dkk, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar,
Jakarta: Katahati, 2007, h. 58
No comments:
Post a Comment