Wednesday, 8 February 2017

Bagaimana cara mengidentifikasi Kesulitan Belajar Siswa dan Jenis- Jenis Kesulitan Belajar

Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa dan Jenis- Jenis Kesulitan Belajar
1.    Jenis- Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik berbagai jenis yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)    Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang din alami seseorang. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini mengemukakan dalam menghasilkan bunyi yang tepat.
Ciri- ciri spesifik yang mengalami gangguan dalam kesulitan berbicara dan berbahasa adalah:


(1)   Terlambat dalam hal mengucapkan bunyi bahasa
(2)   Terlambat dalam mengekspresikan pikiran atau gagasan melalui bahasa yang baik dan benar\
(3)   Terlambat dalam hal pemahaman bahasa.
b)   Gangguan kemampuan akademis
Seseorang yang mengalami gangguan kemampuan akademis sering kali berbaur dengan teman- temannya yang dianggap lebih pintar dari dirinya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, maupun berhitung. Seseorang dapat dikatagorikan mengalami gangguan akademis bila mengalami:
(1)     Keterlambatan dalam hal membaca
(2)     Keterlambatan dalam hal menulis
(3)     Keterlambatan dalam hal menghitung
c)    Gangguan belajar lainnya
Gangguan belajar lainya mencakup kesulitan dalam mengkoordinasikan angggota tubuh, seperti kesulitan dalam memusatkan perhatian. Anak-anak maupun orang dewasa yang mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian biasanya gemar melamun secara berlebihan. [1]

Bermacam-macam kesulitan belajar sebagaimana disebutkan di atas selalu ditemukan di sekolah, apalagi sekolah dengan sarana dan prasarana yang kurang lengkap serta tenaga guru yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidkannya. Skala rasio antara kemampuan daya tampung  sekolah dan jumlah tenaga guru serta jumlah siswa yang tidak berimbang dengan jumlah siswa yang melebihi daya tampung sekolah.

2.    Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa
Untuk dapat memberikan solusi secara tepat atas kesulitan siswa, maka guru harus terlebih dahulu melakukan identifikasi (Upaya mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena- fenomena yang menunjukan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa). Dalam hal ini guru dapat melakukan identifikasi dengan cara memberikan solusi terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Dalam melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a)    Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
b)   Menanyakan yang menimbulkan kesulitan belajar.
c)    Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
d)   Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakekat kesulitan yang dialami siswa.
e)    Memberikan tes kemampuan mengenai intelegensi  (IQ) khususnya kepada  siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Sedangkan  beberapa gejala sebagai  indikator adanya kesulitan belajar siswa, ini dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:[2]
a)    Menunjukkan hasil belajar yang rendah (dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas).
b)   Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Semisal ada murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.
c)    Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
d)   Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e)    Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
f)    Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal.

Dari semua gejala yang tampak itu guru bisa menginterpretasikan/ memprediksi bahwa anak kemungkinan mengalami kesulitan atau bisa juga dengan cara lain, yaitu melakukan penyelidikan dengan cara sebagai berikut:
a.         Melakukan observasi dan pencatatan  terhadap gejala-gejala yang tampak pada diri subjek
b.        Mewawancara (interview) langsung terhadap orang lain, guru, orang tua siswa, teman intim anak yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diteliti.
c.         Mencari dokumentasi tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Selain itu Fakhruddin menjelaskan lebih rinci langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasikan siswa yang diperkirakan menghalami kesulitan belajar, yaitu:
a.         Menandai siswa dalam satu kelas/dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar.
b.        Membandingkan posisi/kedudukan siswa dalam kelompoknya atau dengan tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan untuk suatu mata pelajaran
c.         Teknik yang dapat ditempuh, yaitu:
1)        Memiliki nilai ulangan yang tercantum dalam laporan (record) dan kemudian dibandingkan dengan rata-rata kelas
2)        Menganalisis hasil ulangan yang dibuatnya dengan kesalahan yang dibuatnya
3)        Observasi dalam proses belajar siswa, memeriksa buku catatan yang pada petugas bimbingan.[3]

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat difahami bahwa dengan mengidentifikasi siswa, maka seorang guru dapat melihat dari gejal-gejala yang tampak itu bisa memprediksi bahwa anak kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Dalam menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat juga dilihat prestasi berlajar yang telah diperoleh seorang siswa berdasrkan nilai lulus yang telah ditentukan siswa yang nilainya berada di bawah nilai batas kelulusan digolongkan mengalami kesulitan belajar. Dilihat dari rata-rata yang rendah/jumlah nilai yang rendah.




[1]  Muhibbin Syah, Psikologi….h. 184
[2] Rochan Natawidjaja, pengajaran remedial, Jakarta: Percetakan Negara RI, 1984, h. 20
[3] Syiful Bahri Dramajah, Psikologi……h. 246

No comments:

Post a Comment

Popular Posts